Pandeglang // GebrakNasional.com - Dengan segala hormat dan penuh takzim, Saya, Kasman, penulis desa yang dibesarkan dengan pendidikan yang menekankan kejujuran dan kepintaran di sekolah, melihat adanya ketidakberesan dalam usulan calon PPPK. Untuk itu, kami merasa perlu menyampaikan aspirasi ini secara terbuka kepada Ibu Bupati R. Dewi Setiani, agar proses seleksi dapat berjalan adil, transparan, dan sesuai prinsip moral dan integritas pendidikan.
Fenomena yang ingin saya sampaikan terjadi di SD Negeri Ciawi 2, Desa Ciawi, yang bersebelahan dengan desa tempat saya dilahirkan dan menempuh pendidikan dasar. Sebagai seseorang yang dibesarkan di lingkungan dekat sekolah tersebut, saya memahami nilai-nilai moral dan etika yang seharusnya menjadi dasar pendidikan. Oleh karena itu, saya merasa terdorong untuk menyuarakan hal ini.
Di SDN Ciawi 2 muncul usulan nama calon PPPK Paruh Waktu atas nama M. Cahya, yang diketahui merupakan anak dari kepala sekolah. Namun, yang bersangkutan masih berstatus mahasiswa aktif, sehingga secara logis akan sulit menyeimbangkan tugas di sekolah sekaligus kewajiban perkuliahan.
" Bagaimana mungkin seorang calon PPPK dapat menjalankan tugas di sekolah secara penuh, sementara di saat yang sama ia masih terikat dengan kewajiban akademik di kampus?
Kami menekankan agar proses seleksi PPPK di Kabupaten Pandeglang berjalan transparan, objektif, dan berlandaskan prinsip meritokrasi, tanpa adanya keberpihakan atau nepotisme yang merugikan moral dan kualitas pendidikan.
Kepada Ibu Bupati yang sangat kami hormati, Kami percaya Ibu R. Dewi Setiani adalah sosok pemimpin yang menjunjung tinggi etika dan nilai kebenaran. Amanah yang Ibu emban adalah titipan rakyat, dan setiap keputusan akan dimintai pertanggungjawaban di dunia maupun di hadapan hukum moral dan hukum Tuhan.
Saya sangat berharap Ibu Bupati Pandeglang dapat menindaklanjuti laporan warga desa ini, sehingga aspirasi kami dapat diakomodir secara adil dan bijaksana. Kami memohon agar proses pengangkatan calon PPPK dari SDN Ciawi 2 atas nama M. Cahya ditinjau kembali secara mendalam, demi menjaga marwah keadilan dan wibawa pemerintahan daerah Pandeglang.
Selain itu, saya meyakini bahwa posisi Ibu sebagai Bupati tidaklah mungkin tercapai tanpa dukungan rakyat. Dengan itu, saya memohon agar suara saya dianggap mewakili aspirasi masyarakat desa sekitar, sebagai bentuk kepercayaan dan tanggung jawab moral terhadap lingkungan tempat saya lahir dan dibesarkan.
Lebih lanjut, kami menegaskan bahwa pendidikan harus menjadi harapan orang tua untuk mendidik anaknya dengan jujur dan bermoral, bukan menjadi sarana bagi praktik ketidakjujuran atau perilaku menipu. Pendidikan sejati adalah fondasi karakter yang akan menentukan masa depan generasi bangsa.
Jika keadilan diabaikan secara salah, hal itu justru akan menimbulkan keangkaramurkaan, mengacaukan tatanan moral dan hukum yang seharusnya dijaga oleh pemerintah dan masyarakat.
Kepemimpinan yang adil akan membawa kedamaian—baik bagi masyarakat, lembaga pendidikan, maupun generasi penerus bangsa. Keadilan bukan sekadar aturan, tetapi juga pijakan moral yang menuntun seluruh masyarakat menuju harmoni dan ketentraman. (Wie)
Tidak ada komentar:
Tulis komentar