![]() |
| Aksi demo warga Israel menyerukan diakhirinya perang Gaza. |
JAKARTA, GebrakNasional.Com – Ratusan ribu orang turun ke jalan di Israel pada Minggu 17 Agustus 2025, mereka menuntut diakhirinya perang Gaza serta kesepakatan yang dapat menjamin pembebasan para sandera yang masih ditahan Hamas.
Mereka tampak memegang foto para sandera, mengibarkan bendera kuning, menabuh drum, dan meneriakkan yel-yel untuk membawa pulang warga Israel yang masih disandera di Gaza.
“Kami di sini untuk menegaskan kepada pemerintah Israel bahwa ini mungkin menit-menit terakhir yang kita miliki untuk menyelamatkan para sandera yang ditahan di terowongan Hamas selama hampir 700 hari,” kata Ofir Penso, seorang guru bahasa Arab berusia 50 tahun, kepada AFP, Senin, 18 Agustus 2025.
Demonstrasi telah digelar secara rutin selama hampir 22 bulan perang setelah serangan kelompok Hamas pada tahun 2023.
Namun, aksi protes pada Minggu, 17 Agustus 2025, waktu setempat itu tampaknya menjadi salah satu yang terbesar sejauh ini.
Dari 251 orang yang disandera para militan Palestina pada Oktober 2023, 49 orang saat ini masih berada di Jalur Gaza, termasuk 27 orang yang menurut militer Israel telah tewas.
Dalam aksi demo ini, warga Israel berkumpul di tempat yang diberi nama “Lapangan Sandera” di Tel Aviv yang menjadi titik fokus aksi.
“Pemerintah Israel tidak pernah menawarkan inisiatif yang tulus untuk kesepakatan komprehensif dan mengakhiri perang,” ujar Einav Tzangauker, yang putranya, Matan, ditawan di Gaza, di depan kerumunan orang.
“Kami menuntut kesepakatan yang komprehensif dan dapat dicapai serta diakhirinya perang. Kami menuntut apa yang menjadi hak kami, anak-anak kami,” sambungnya.
“Seluruh negeri sedang berperang satu sama lain, citra kita di seluruh dunia telah berubah total, lebih buruk dari sebelumnya, dan sudah cukup,” ujar Nick, seorang pekerja teknologi berusia 31 tahun, kepada AFP, meminta untuk tidak menyebutkan nama belakangnya.
Para demonstran lainnya mengkhawatirkan nasib anak-anak mereka yang terdaftar di militer Israel yang telah dikirim ke Gaza, dan khawatir mereka akan segera dipanggil kembali untuk berperang.
“Kami berharap dan berdoa agar pemerintah kami mendengarkan kami,” kata Ella Kaufman yang memiliki dua putra yang bertugas sebagai perwira di militer Israel. (*/red)

Tidak ada komentar:
Tulis komentar