Jumat, 03 Desember 2021

Tiga Orang Pengelola Panti Pijat Ruko Citra Raya Tangerang Diamankan Polda Banten.


Serang // GebrakNasional.com - Tindak pidana perdagangan orang (TPPO) dengan Modus Panti Pijat Mesum di Ruko Citra Raya, Tangerang berhasil diungkap Polda Banten.

Kabid Humas Polda Banten AKBP Shinto Silitonga menyampaikan bahwa penyidik Ditreskrimum Polda Banten mendapatkan informasi dari masyarakat tentang adanya dugaan tindak pidana perdagangan orang (TPPO) dengan modus membuka panti pijat dan memberikan kesempatan konsumen untuk berbuat asusila. 

"Berdasarkan informasi dari masyarakat, Ditreskrimum Polda Banten melakukan rangkaian penyelidikan dan menemukan adanya kesesuaian informasi dengan fakta-fakta di lapangan, sehingga pada 1 Desember 2021 melakukan upaya represif di tempat panti pijat tersebut," kata Shinto Silitonga, Jumat (03/12/2021) Saat Press Conference Didampingi oleh PS. Kasubdit IV Renakta Ditreskrimum Polda Banten Kompol Hj. Herlia Hartarani.

Shinto Silitonga mengatakan bahwa dari hasil penyelidikan TKP di panti pijat di Ruko Citra Raya, Tangerang, "Dari hasil penyelidikan, kami menemukan beberapa perempuan yang memberikan jasa therapist, beberapa tamu dan pengelola panti pijat," ujar Shinto Silitonga.

Selanjutnya Shinto Silitonga menyampaikan bahwa pasca upaya represif, penyidik telah melakukan pemeriksaan terhadap 8 saksi termasuk pengelola panti pijat dan melakukan gelar perkara. "Hasil gelar perkara kami menetapkan 3 orang pengelola sebagai terduga Tersangka yaitu AW (35), RW (32) dan TF (25). 

Terduga tersangka yang berinisial AW dan RW adalah pasangan suami istri yang memiliki dan mengelola tempat usaha, sedangkan terduga tersangka yang berinisial TF adalah karyawan pada tempat usaha tersebut yang berperan mencari tamu dan menyambungkan dengan therapist serta mendapat komisi dari tiap tamu yang dilayani,"ujar Shinto Silitonga.

Shinto Silitonga menjelaskan bahwa motif dari terduga pelaku yaitu mencari keuntungan. "Motifnya yaitu mencari keuntungan, dari para terapis dengan meminta uang kamar Rp100.000 per jam yang dikenakan dari tarif pelayanan tiap tamu oleh therapist sebesar Rp300.000-Rp500.000,"kata Shinto Silitonga.

Shinto Silitonga menyampaikan Para therapist diketahui berasal dari luar Provinsi Banten yang beumur relatif 18-30 tahun, "Para therapist berasal dari luar Provinsi Banten, dan dari hasil penangkapan penyidik melakukan penyitaan berupa lembar seprai, kondom dan tisu bekas pakai, buku daftar pelanggan dan data catatan keuangan, serta minyak untuk pijat,"ujar Shinto Silitonga. 

Shinto Silitonga mengatakan bahwa atas perbuatan para terduga tersangka, dapat dikenakan Pasal 2 atau Pasal 10 UU No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, "Atas perbuatannya para terduga pelaku dikenakan Pasal 2 atau Pasal 10 UU No. 21 Tahun 2007 dengan ancaman minimal 3 tahun dan maksimal 15 tahun penjara," jelas Shinto Silitonga.

Terakhir Kabid Humas Polda Banten menegaskan bahwa Polda Banten tidak mentolerir terjadinya praktek-praktek pelacuran terselubung di tempat hiburan, akan melakukan tindakan tegas dengan UU TPPO. "Polda Banten akan menindak tegas praktek-praktek pelacuran terselubung di tempat hiburan," tegas Shinto Silitonga.

Shinto Silitonga mengatakan bahwa Polda Banten memotivasi kembali partisipasi masyarakat untuk memainkan peran aktif dalam kontrol sosial. "Jika masyarakat menemukan adanya praktek-praktek pelacuran terselubung di tempat hiburan, bisa memberikan informasi kepada pihak Kepolisian baik di 110 ataupun pada akun media-media sosial Polda Banten."tutup Kabid Humas Polda Banten AKBP Shinto Silitonga. (asep)

Show comments
Hide comments
Tidak ada komentar:
Tulis komentar

Berita Terbaru

Back to Top